Dalam sebuah ceramahnya, Kiai Bahauddin Nursalim atau yang lebih dikenal dengan Gus Baha, kembali mengundang tawa jamaah dengan candaan ringan namun penuh makna. Dalam salah satu kesempatan, Gus Baha dengan penuh humor mengatakan bahwa dirinya adalah “Gus yang asli,” sekaligus menanggapi beragam sebutan yang kerap diberikan kepada para ulama dengan gelar “Gus.” NAGAGG
Klarifikasi Mengenai Gelar “Gus”
Gus Baha menjelaskan dengan cara yang lucu dan sederhana tentang pentingnya memahami peran dan makna di balik gelar tersebut. “Saya ini termasuk Gus yang asli, jelas kalau itu,” ujarnya, yang disambut gelak tawa oleh hadirin.
Gus Baha menyampaikan bahwa banyak orang yang seringkali bingung mengenai sebutan “Gus” yang diberikan kepada para ulama, termasuk dirinya. Bagi Gus Baha, sebutan tersebut bukan hanya soal keturunan atau garis keluarga, tetapi juga mencerminkan sifat-sifat yang harus dimiliki oleh seorang ulama yang dekat dengan masyarakat.
Pesan Mendalam di Balik Guyonan
Meskipun disampaikan dengan gaya bercanda, Gus Baha tidak lupa untuk menyelipkan pesan-pesan penting mengenai keaslian seorang ulama. Dalam ceramahnya, beliau menegaskan bahwa seorang ulama yang sejati harus bisa menjadi teladan, baik dalam ilmu agama maupun dalam perilaku sehari-hari.
“Gus itu bukan cuma soal nama atau keturunan, tapi bagaimana kita menjadi manusia yang bermanfaat bagi orang lain,” tambah Gus Baha dengan serius, meski tetap dalam suasana ceria.
Reaksi Jamaah
Guyonan Gus Baha ini mendapat sambutan hangat dari jamaah, yang merasa terhibur sekaligus mendapatkan pelajaran penting. Banyak yang merasa bahwa Gus Baha memiliki cara unik dalam menyampaikan pesan-pesan keagamaan dengan bahasa yang mudah dipahami namun tetap dalam kerangka ajaran Islam yang mendalam.
“Cara Gus Baha menyampaikan ceramah sangat menyentuh, penuh dengan humor tapi juga mengajarkan kita untuk lebih dekat dengan agama,” kata salah seorang jamaah yang hadir.
Penutup
Melalui candaan yang ringan, Gus Baha tidak hanya menghibur, tetapi juga memberikan refleksi tentang keaslian seorang ulama dan makna dari gelar “Gus.” Selain humor, beliau juga menekankan pentingnya menjadi pribadi yang memberi manfaat bagi masyarakat, sebuah pelajaran yang tak hanya relevan untuk para ulama, tetapi untuk kita semua.
Tinggalkan Balasan