Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan bahwa jumlah pengangguran di Indonesia mencapai 7,47 juta orang menjelang akhir pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi). Angka ini mencerminkan tantangan ekonomi yang dihadapi Indonesia dalam beberapa tahun terakhir, termasuk dampak pandemi dan perubahan ekonomi global.

Faktor Penyebab Pengangguran

Beberapa faktor utama yang berkontribusi terhadap angka pengangguran tersebut meliputi:

  1. Dampak Pandemi COVID-19: Pandemi telah mengganggu banyak sektor ekonomi, terutama industri pariwisata, manufaktur, dan UMKM. Banyak perusahaan terpaksa melakukan pengurangan tenaga kerja untuk bertahan di tengah krisis ekonomi.
  2. Perubahan Ekonomi Global: Ketidakpastian ekonomi global, termasuk konflik geopolitik dan fluktuasi harga komoditas, telah mempengaruhi perekonomian Indonesia, sehingga berdampak pada penyerapan tenaga kerja.
  3. Perubahan Teknologi: Digitalisasi dan otomasi di berbagai sektor menyebabkan penurunan permintaan untuk pekerjaan konvensional, sehingga menciptakan kebutuhan untuk peningkatan keterampilan tenaga kerja yang belum sepenuhnya terpenuhi.

Tanggapan Pemerintah

Pemerintah melalui Kementerian Ketenagakerjaan telah berupaya mengatasi masalah pengangguran dengan berbagai program pelatihan dan peningkatan keterampilan. Program kartu prakerja dan inisiatif pelatihan vokasi dirancang untuk membantu tenaga kerja menyesuaikan diri dengan kebutuhan industri yang berubah.

“Pemerintah terus mendorong program-program yang mendukung penyerapan tenaga kerja dan peningkatan kompetensi,” kata Menteri Ketenagakerjaan dalam sebuah pernyataan. Meskipun demikian, tantangan dalam menurunkan angka pengangguran tetap signifikan, mengingat kebutuhan akan pekerjaan berkualitas yang dapat menyejahterakan masyarakat.

Dampak Sosial dan Ekonomi

Angka pengangguran yang tinggi memiliki implikasi besar terhadap ekonomi dan stabilitas sosial. Meningkatnya jumlah pengangguran dapat memicu berbagai masalah sosial, termasuk kemiskinan, ketimpangan ekonomi, dan peningkatan kriminalitas. Selain itu, beban pada program kesejahteraan sosial meningkat, menuntut alokasi anggaran yang lebih besar dari pemerintah.

Upaya Ke Depan

Para ekonom menekankan pentingnya reformasi struktural di pasar tenaga kerja dan peningkatan investasi dalam pendidikan serta pelatihan keterampilan. Diperlukan juga kolaborasi antara sektor publik dan swasta untuk menciptakan lebih banyak lapangan kerja yang relevan dengan perkembangan zaman.

Kesimpulan

Jumlah pengangguran yang mencapai 7,47 juta orang di Indonesia menjelang akhir masa jabatan Presiden Jokowi menjadi pengingat akan tantangan yang dihadapi negara dalam menstabilkan ekonomi dan menciptakan lapangan kerja. Langkah-langkah strategis yang berkelanjutan diperlukan untuk memastikan bahwa angka ini dapat ditekan di masa depan, demi kesejahteraan dan pertumbuhan ekonomi yang lebih inklusif.


Satu tanggapan untuk “7,47 Juta Rakyat RI Pengangguran di Akhir Pemerintahan Jokowi”

  1. […] mengeluarkan pernyataan tegas yang ditujukan kepada Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Basuki Hadimuljono, untuk mempercepat penyelesaian proyek pembangunan Ibu Kota Negara (IKN) di […]

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *